Kali ini saya ingin berbagi tulisan saya yang pernah di Publish di Harian Padang Ekspress (Group Jawapos) pada tanggal 28 April 2017. Tulisan ini bertujuan untuk membandingkan ekivalensi Ujian Nasional Berbasis Komputer dengan Ujian Nasional Kertas Pensil. Selamat menikmati dan jangan ragu untuk meninggalkan komentar.
-----------------------------------------------------
Menyoal Ekivalensi UNBK dengan UNKP
Oleh : Berry Devanda
(Guru SMAN 1 Koto XI Tarusan, Alumni School
of Education The University of Adelaide, Australia)
Walaupun ditemui beberapa kendala teknis pada pelaksanaannya,
penyelenggaraan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) patut diapresiasi. Dari
pelaksanaan UNBK SMK (3-6 April) dan SMA (10-14 April) yang telah dilalui,
tidak ditemukan kendala-kendala yang berarti. UNBK yang diselenggarakan di
sebagian sekolah di Indonesia, mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
Ujian Nasional Kertas Pensil (UNKP) yang diselenggarakan di sekolah lainnya.
Namun, apakah kualitas UNBK di beberapa sekolah di seluruh Indonesia itu akan
sama dengan UNKP di sekolah lainnya?
__________________________________
Baca Juga :
__________________________________
Penggunaan moda komputer dalam mengevaluasi hasil belajar siswa mempunyai
beberapa kelebihan. UNBK diyakini akan menekan angka kecurangan pada Ujian
Nasional karena soal yang diujikan baru dapat dilihat setelah siswa login
menggunakan biodatanya. Disisi lain, UNBK memudahkan proses penskoran hasil tes
dibandingkan dengan UNKP. UNBK juga lebih menghemat waktu karena tidak perlu
mencetak dan mendistribusikan soal ke tempat ujian.
Jumlah peserta UNBK dan UNKP pada tahun 2017 lebih kurang sama. Data yang
dirilis pada laman ubk.kemdikbud.go.id menunjukan bahwa 9,829 SMK dan 9,652
SMA/MA telah mengikuti UNBK beberapa minggu yang lalu dan siswa-siswi SMP di
11096 sekolah akan mengikuti UNBK pada tanggal 2 sampai 8 Mei 2017. Mengingat
keterbatasan sarana, Kemdikbud tidak mewajibkan sekolah untuk melaksanakan UNBK
(Padek, 14/3). Peserta UNBK pada tahun 2017 sekitar 48,93% sedangkan peserta
UNKP 51,07% dari total peserta UN 7,7 juta siswa.
Mengingat hasil UN memiliki peran yang cukup penting bagi siswa, maka
perlu diperhatikan ekivalensi UNBK dengan UNKP. Perbedaan hasil ujian nasional
tersebut akan berpengaruh pada proses seleksi yang masih menggunakan nilai UN
sebagai salah satu persyaratan seperti masuk perguruan tinggi, seleksi masuk
Polri/TNI dan lain sebagainya. Selain itu, hasil UN yang digunakan sebagai pemetaan
kualitas pendidikan bagi pemerintah pusat seharusnya berasal dari dua moda
ujian yang ekivalen. Untuk itu, perlu dipertimbangkan kualitas UNBK yang setara
dengan ujian yang menggunakan kertas.
Sebuah studi melaporkan bahwa terdapat perbedaan hasil tes siswa ketika
diuji menggunakan UNBK dan UNKP. Kveton et. al. (2007) menemukan bahwa dua tes
yang sama yang diujikan dengan moda berbasis komputer dan kertas dapat
menghasilkan hasil yang berbeda. Perbedaan hasil tes tersebut disebabkan oleh
efek bentuk tes (test mode effect).
Lebih jauh, perbedaan desain dapat menyebabkan perbedaan pada dua tes berbasis
komputer walaupun pada satu topik tes yang sama. Bartram (1994) menyatakan
bahwa ekivalensi dua bentuk tes yang berbeda, dalam hal ini UNBK dan UNKP,
harus memenuhi beberapa hal sebagai berikut yaitu mempunyai reliabilitas yang
identik, mempunyai korelasi satu sama lain pada tingkatan tertentu sesuai
dengan realibilitasnya, mempunyai korelasi yang dapat dikomparasi dengan
variabel-variabel lain dan mempunyai mean dan standar deviasi yang identik.
Beberapa hal perlu diperhatikan untuk meningkatkan keseteraan kedua moda
ujian. Yang pertama adalah rancangan tes berbasis komputer juga perlu mendapat
perhatian khusus. Pemindahan soal-soal pada kertas ke komputer mempengaruhi
tampilan tes. Perubahan warna latar dan perpaduan warna huruf dengan latar juga
berpengaruh signifikan terhadap hasil tes siswa (Kveton et. al. 2007). Lebih
jauh Kveton menyimpulkan, walaupun merubah warna latar pada tes nampaknya
adalah persoalan sederhana, namun itu berpengaruh pada hasil dan validitas tes.
Kveton juga menemukan bahwa tes yang dirancang oleh dua institusi berbeda juga
akan terlihat tidak sama.
Selain itu, beberapa aspek pada siswa juga perlu mendapat perhatian.
Diantaranya adalah meminimalisir kecemasan mengikuti tes (test anxiety) berbasis komputer. Kecemasan mengikuti sebuah ujian
adalah hal yang wajar, namun kecemasan yang berlebihan akan berpengaruh pada
hasil tes. Penelitian yang dilakukan oleh Gharib & Phillips (2013) menunjukan
bahwa tingkatan kecemasan memiliki peran yang signifikan dalam menentukan hasil
tes. Kecemasan tersebut membuat siswa tidak mampu menunjukan kemampuan
terbaiknya saat tes. Lebih jauh, kecemasan juga membuat siswa tidak fokus
menjawab soal tetapi fokus untuk mengurangi kecemasan saja. Dengan
meminimalisir tingkat kecemasan dalam mengikuti ujian berbasis komputer,
diharapkan siswa dapat menunjukan kemampuan terbaiknya.
Status ekonomi juga berpengaruh kepada pengalaman berkomputer siswa.
Penelitian Bovee et. al. 2007 menemukan bahwa siswa di sekolah pinggiran
memiliki akses dan pengalaman komputer yang lebih rendah daripada siswa di
sekolah yang memiliki orang tua kelas menengah ke atas. Akses dan pengalaman
dalam mengoperasikan komputer ini berpengaruh kepada sikap mereka terhadap komputer.
Muaranya, sikap ini berpengaruh pada hasil tes siswa.
Selanjutnya adalah perlunya diperhatikan aspek computer self-efficacy yaitu seberapa percaya diri seorang siswa melihat dirinya dapat sukses
dalam mengerjakan tugas atau tes berbasis komputer. Computer self-efficacy ini berperan signifikan dalam menentukan
keberhasilan siswa dalam tes. Hasil studi yang dilakukan oleh Wilfong (2006) menjelaskan
bahwa Computer self-efficacy berperan
paling signifikan untuk menurunkan tingkat kecemasan siswa dalam mengikuti
ujian berbasis komputer. Dengan berkurangnya tingkat kecemasan, siswa dapat
lebih fokus untuk mengerjakan soal dan dapat menunjukan kemampuan terbaiknya.
Harapannya, hasil ujiannya dapat lebih maksimal.
Usaha untuk memastikan kesetaraan UNBK dapat dimulai dengan kehati-hatian
dalam merancang tes berbasis computer. Hal tersebut adalah aspek penting dalam
menentukan keseteraan kualitas dengan UNKP. Perhatian khusus perlu diberikan
pada hal-hal kecil yang terlihat sederhana seperti kombinasi warna latar soal,
warna grafik dan gambar. Keterlibatan pakar evaluasi dan penilaian tes berbasis
komputer pada proses rancangan tentu diharapkan sangat membantu menyetarakan
kualitas tes.
Disisi lain, salah satu
cara untuk mengurangi test anxiety,
meningkatkan pengalaman komputer siswa dan kepercayaan dirinya dalam mengikuti
ujian berbasis komputer adalah mengoptimalkan masa persiapan. Memberikan waktu
kepada siswa untuk terbiasa dengan UNBK adalah penting. Membiasakan siswa dengan
memperbanyak uji coba UNBK sebelum hari tes mungkin dapat mengurangi test anxiety. Membiasakan siswa dengan
ujian berbasis komputer akan bermanfaat bagi siswa yang kurang mampu secara
ekonomi dan tidak memiliki komputer di rumah untuk meningkatkan pengalaman
mengoperasikan komputernya. Lebih jauh, pembiasaan terhadap moda ujian ini
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk dapat berhasil pada
UNBK ini sehingga mereka tidak merasakan hambatan yang berarti dibanding siswa
lain yang mengikuti UNKP.
Senang sekali membaca tulisan Anda. Jika diperkenankan, mohon kembali atau diposting tulisan Anda yang berkaitan dengan ekuivalensi UNBK dan UNKP di Harian Padang Ekspress (Group Jawapos) pada tanggal 28 April 2017. Saya sangat membutuhkan terkait dengan penelitian kependidikan saya. Jika boleh sekalian dengan acuan pustaka. Atau jika Anda berkenan bisa mengirimkan lewat email saya iwansuhardi@yahoo.com.
BalasHapusTerima kasih.