Sebagai orang minang, saya tersentak membaca sebuah artikel di kompas.com. Judulnya "Ke Mana Manuskrip Kuno Minangkabau?". Dulu, rasanya saya pun sudah pernah membaca tulisan yang isinya lebih kurang sama. Yaitu, tentang perdagangan benda-benda bersejarah Minangkabau oleh orang-orang yang tidak betanggung jawab. Sebut saja Alquran Kuno semenjak Abad ke-18. Dan manuskrip kuno lainnya seperti cerita-cerita rakyat, ajaran agama, asala-usul dan naskah kuno yang nilainya tidak dapat di ukur dengan uang.
Para Pembeli umumnya berasal dari negara Jiran. Mereka berburu sampai ke pelosok-pelosok Minangkabau. Penemuan-penemuan seperti naskah-naskah kuno begitu menggiurkan bagi pemburu benda-benda sejarah di negara jiran. Benda yang sudah dibeli bisa saja mereka jual kembali, atau di pajang di museum-museum di negara mereka. Tentu saja lengkap dengan klaim kepunyaan.
Seperti yang diberitakan Kompas.com, Menurut Kepala Seksi Pemeliharaan, Perawatan, Penyajian Museum Adityawarman, Kota Padang, Riza Mutia, praktik jual beli itu diketahui sejak tahun 1980an. Lebih kurang 20 tahun sudah praktek tersebut berjalan. Bisa dibayangkan berapa banyak benda berharga yang sudah menyebrang ke negeri jiran. Benda-benda yang seharusnya menjadi bukti kebesaran budaya Minangkabau akan beralih menjadi bukti kebesaran bangsa lain.
Bukan menjadi rahasia lagi, praktek seperti ini bukan hanya terjadi di ranah minang, tapi hampir diseluruh tanah adat Republik ini.
Lantas Siapa yang harus dipersalahkan? Terlalu naif rasanya jika semua permasalahan ini hanya dibebankan kepada pemerintah. Menjaga peninggalan sejarah ini adalah tugas setiap anak bangsa. Tugas para pakar sejarah, memberikan nesehatnya kepada pengambil kebijakan. Tugas para mahasiswa sejarah, memprakarsai gerakan intelektual untuk mengajak seluruh elemen masyarakat sama-sama membahu menjaga aset bangsa ini. Tugas para cendikiawan yang beraktifitas di daerah maupun di pusat. Tugas para guru sejarah untuk membakar semangat siswanya untuk menjaga kebudayaan mereka dengan sunggu-sungguh belajar. Peran Kepolisian pun sangat penting. Demikian juga dengan peran pihak imigrasi.
Dan tugas semua orang yang merasa dirinya sebagai anak bangsa terutama orang minangkabau. Malang nasib anak cucu Minang nantinya, jika mereka hanya sekedar mendengar cerita saja, tanpa pernah melihat langsung, bukti kekayaan dan kejayaan Minangkabau itu sendiri.
Sumber Gambar : Disini
ya memang yang berperan untuk menjaganya adalah masyarakat bukan pemerintah karena ga tau kenapa kalau pemerintah..bagiku mendengar seperti ini belum terlambat bila memang semua anak bangsa berjiwa besar dan dapat menghargai sejarah maka mulailah dari sekarang ini, permasalahan yang tidak bisa menyalahkan satu pihak...permasalahannya adalah maukah kita bertindak??banyak ko yang harus di lakukan dengan melihat generasi dan memperkenalkan budaya indonesia sejak dini maukah kita mengajarinya? apakah generasi sekarang sudah mengenal budayanya serta sejarah bangsanya sendriri atau mungkin lebih mengenal budaya lain..yang dengan bangganya memakai busana tradisional bangsa lain di televisi..bagi saya itu adalah cermin....
BalasHapus@ Blogger Admin : Setujuh sekali mas...generasi muda memegang peranan penting...terimakasih komennya yang lengkap sekali...
BalasHapusseperti pada kasus beberapa arca kuno di solo yang hilang, hal ini sungguh sangat memprihatinkan...
BalasHapusentah apa yg bisa kita tinggalkan untuk anak cucu kita :(
buset..parah bener tuh, kalau ga salah buku arti corak2 batik juga dijual ke sana, dosen ane yg bilang.miris dengernya
BalasHapusSungguh memprihatinkan...
BalasHapusLagi..lagi dan lagi...kasus ini terulang
If I were a resident of Bali and my son had a fever, I'd say he was playing with dead chickens, too - even if he wasn't. (Hospital costs are free for suspected bird flu patients.)
BalasHapusyour blog is in different language. But instead of it you are getting good amount of visitors very nice. I hope you will next time write post in international language.
BalasHapussejarah udah gak ada harganya di negeri ini... kasihan anak cucu kita, mau belajar sejarah bangsa sendiri harus ke luar negeri karena byk peninggalan sejarah yang bangsa indonesia yang ada di luar negeri...
BalasHapus@ rahmawan : betul mas, belajar sejarah bg saya sangat menyenangkan, apalagi jika lengkap dengan bukti sejarahnya. Namun, kasihan anak cucu kita nantinya, jika mereka belajar sejarah yg tdk oernah dijumpai bukti otentiknya.apalagi jika bukti sejarah tersebut sudah berpindah ke negara lain
BalasHapus