9 Jan 2013

KESAN PERTAMA SAYA TERHADAP ORANG AMERIKA

Kami berjalan ke pintu pagar apartemen. Setelah letih dan penat seharian mengikuti perkuliahan dan kegiatan kampus lainnya. Saya dan seorang teman dari Brazil berjalan gontai penuh kepuasaan menuju pagar itu, karena kami telah berhasil menemukan jalur bus untuk pertama kalinya. Kami berdua sangat exited sekali menggunakan bus tersebut karena itu akan jadi transportasi utama bagi kami untuk 5 bulan ke depan. Kira-kira 10 meter menjelang pagar apartment, seseorang yang berjalan duluan dari kami, terlihat menunggu kami sambil memegang daun pintu otomatis tersebut. Saya dan teman dari Brazil tersebut merasa sungkan dan kemudian berlari kecil menuju pintu yang sedang dibukakan untuk kami. Wow, orang tersebut menunggu dan membukakan pintu untuk kami padahal jaraknya masih jauh menurut saya. Kami hanya bisa mengucapkan Thank You dan saya pribadi merasa begitu sungkan.

Itulah salah satu pengalaman saya akan keramahtamahan orang-orang di Amerika. Ada banyak sekali pengalaman lain yang saya rasakan. Beberapa diantaranya membuat saya begitu malu. Kenapa? Karena selama ini saya merasa orang Indonesia begitu ramah dan bersahabat. Bahkan saya sebagai orang Indonesia merasa sangat sopan dan bangsa lain tidak.

Khusus untuk Amerika Serikat, saya dan mungkin sebagian besar lainnya menganggap orang Amerika begitu Arogan, tidak ramah, individualistik dan sebagainya. Mungkin sebagian anggapan itu benar. Tapi sebagian besar lainnya mungkin saja itu salah. Setelah hampir 10 hari saya berada disini, saya membuat kesimpulan awal bahwa hampir sebagian besar anggapan tersebut tidak benar. Izinkan saya menceritakan sesuatu kepada anda. Suatu ketika kami pernah kebingungan mencari ruang kuliah. Celingak-celinguk sambil melihat peta. Kemudian seorang perempuan yang sedang berjalan kaki menawarkan bantuannya tentang apa yang sedang kami cari. Padahal kami tidak meminta.

Adalagi pengalaman lain yang tidak kalah menariknya bagi saya. Suatu ketika kami pulang dari kampus pada malam hari. Karena kegiatan yang sangat padat dalam hari itu dan baru selesai setelah malam. Kami menunggu bus di salah satu halte di depan kampus. Setelah menunggu agak lama, supervisor kami mengajukan dua opsi. Opsi pertama kita tetap menunggu bus dan opsi kedua kita berjalan kaki menuju apartment. Karena saya merasa begitu letih saya dengan spontan mengatakan "sebaiknya kita menunggu bus saja". Tapi, teman-teman yang lain sepakat untuk berjalan kaki. Keputusan pun diambil dan kita harus berjalan kaki ke apartemen.

Melihat saya yang sudah capek, supervisor saya menawarkan untuk membawa tas saya. Tentu saja saya menolak karena merasa sungkan sekali. Namun dia terus memaksa untuk membawakan tas saya. Saya tetap saja menolak. Namun dia terus memaksa dan mengatakan "apakah kamu berpikir saya akan mencuri tas mu Berry?". Hohoho, "tentu saja tidak" balas saya. Dengan berat hati terpaksa saya membiarkan dia menolong membawakan tas saya yang beratnya minta ampun. Anda tau, dalam tas itu ada laptop dan 5 buah buku besar-besar yang baru saja kami dapatkan dari kampus. Wow dan dia mau menolong saya.

Tidak pernah terbayangkan bagi saya jika ini di Indonesia. Ada seorang dosen yang mau melakukan itu. Anda tau, kalau supervisor saya tersebut seorang profesor? Dia juga seorang direktur program pendanaan internasional di Arizona State University? dan dia juga seorang Marshal Scholar, Salah satu beasiswa paling prestisius untuk orang Amerika. Dengan beasiswa itu dia menyelesaikan Ph.D nya di Oxford University. Untuk ke sekian kalinya saya harus bilang wow. Saya belum pernah menemukan dosen seperti dia di Indonesia. Maksud saya, dosen yang bisa memposisikan diri seperti supervisor saya tersebut. Dia melakukan beberapa hal yang sangat jarang saya temukan di Indonesia. Membukakan pintu, bercanda, membantu membawakan barang-barang kami, melayani kami ditengah kesibukannya dan sebagainya. Dan yang paling penting dia tidak terlalu dipusingkan dengan posisi, jabatan dan gelar yang dia punya.

Apa yang ingin saya sampaikan kepada anda tentang kesan pertama saya? Mereka disini, orang Amerika begitu ramah, sangat friendly dan merasa bahwa semua orang itu sama posisinya. Mereka menjunjung tinggi Equality. Jika di dalam kelas mungkin anda seorang Profesor, Guru. Tapi ketika berada diluar, anda tetap manusia biasa dan memiliki posisi yang sama dengan yang lainnya.

#Sudut Kamar Apartemen, Tempe, Phx, Arizona. 07:59 am.

Sumber Gambar : http://depositphotos.com/1824154/stock-photo-People-of-America.html

4 komentar:

  1. Bung Berry apa kabar masih ingat dengan saya , wah lagi sekolah di luar negeri ya semoga semua urusan lancar

    BalasHapus
  2. @ Munir Ardi : Tentu saja saya ingat pak munir. Saya Baik pak, Apa Kabar?

    BalasHapus
  3. Wooowwwww. . . . . Pengalaman yang luar biasa. semoga berry betah disana and jangan lupa kami di sini..okey..

    BalasHapus
  4. yup kita emang ga boleh asal menilai seseorang entah itu 1 bangsa atau tidak...

    BalasHapus

Ketikan Komentar anda dengan memilih pada opsi beri komentar sebagai Name/URL....