2 Jul 2010

Pendidikan Moral Anak Bangsa (Part 2)

Sebelumnya, saya sudah posting 'Pendidikan Moral Anak Bangsa' yang merupakan postingan kolaborasi yang diinisiasi oleh Trimatra. Postingan ini adalah sambungan sari tulisan tersebut. Cekiprot....

Penyebab kedua adalah semakin berkurang nilai nilai pendidikan moral disetiap jenjang pendidikan formal. Mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Pendidikan cenderung diarahkan kepada pencapaian kemampuan kognitif siswa saja.

Walaupun didalam tiga aspek pendidikan juga terkandung ranah psikomotor dan afektif (sikap). Namun tetap saja tidak mampu memberikan solusi bagi persoalan degradasi moral bangsa ini. Lantas apakah yang menjadi penyebab ranah pendidikan afektif tersebut tidak ampuh untuk mengatasi masalah in? Hal ini disebabkan karena ranah afektif yang dimaksud adalah sikap dan minat siswa terhadap masing-masing bidang studi yang sedang mereka pelajari. Jadi, ranah afektif yang dimaksud bukanlah sikap moral dan nilai etika yang mampu meninggikan derajat manusia karena keelokan budi pekerti.

Salah satu Solusi yang bisa ditawarkan adalah pendidikan moral semenjak dini dari lingkungan keluarga. Banyak orang tua yang terjebak pada pola pendidikan yang sebenarnya justru berdampak negatif bagi perkembangan anak-anaknya. Orang tua mengajarkan anak-anaknya berdemokrasi tapi tidak membekalinya dengan batasan yang wajib diketahui mereka. Sehingga terjadi kebablasan dalam mengartikan kebebasan berpendapat, kebebasan bersikap, kebebasan dalam memilih tontonan yang layak, kebebasan dalam bergaul, kebebasan memilih pakaian sesuka mereka.

Ironisnya, orang tua ber-apologi dengan kata-kata 'biarlah, mereka kan masih muda'. Para anak-anak pun punya jawaban ampuh ketika ditegur,'ah...Bapak seperti tidak pernah muda saja'. Lengkap lah sudah proses 'demokrasi' dalam sebuah keluarga. Tugas orang tua tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan lahiriah saja seperti makan, tempat tinggal dan pendidikan formal. Tetapi yang tidak kalah penting adalah kebutuhan anak untuk menjadi manusia paripurna dengan balutan budi pekerti yang menawan banyak orang juga merupakan tanggung jawab orang tua.

Banyak faktor yang membuat pendidikan keluarga moral keluarga menjadi sangat penting. Betapa banyak daerah yang menerapkan Perda yang bersifat keagamaan (Perda Syariah) namun perbuatan a susila juga tidak berkurang. Pornografi Malah semakin menjadi jadi. Berarti, perda yang dikeluarkan oleh penguasa tersebut tidak mampu membenahi moral anak bangsa. Karena perda pada umumnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat normatif dan simbolik. Bukan pada nilai-nilainya. Seberapa besar pun sanksi yang diberikan, jika nilai-nilai moral tersebut tidak bersemayam dalam diri setiap anak bangsa, tetap saja tidak akan mengubah keadaan.

Jika penguasa telah melakukan perannya dengan mengeluarkan peraturan yang bersifat mengikat, maka tugas keluarga lah menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anaknya. Nilai-nilai universal seperti saling menghargai, saling menghormati, berpakaian layaknya manusia terhormat, tutur kata nan menawan merupakan produk olahan orang tua yang dikonsumsi oleh anak-anak mereka dan diaplikasikan dalam pergaulan. Nilai tersebut adalah materi ajar yang langsung dipraktekan dan dicontohkan dengan perbuatan oleh orang tua kemudian ditiru dan dianut secara langsung oleh anak-anak mereka dalam setiap aktivitas sehari-hari.

Jika setiap keluarga telah melakukannya, maka akan tercipta lingkungan yang kondusif bagi perkembangan budi pekerti generasi penerus bangsa ini. Sekolah sebagai salah satu lingkungan yang bersentuhan langsung dengan anak-anak dapat memoles budi pekerti dengan ilmu pengetahuan dan sikap sebagai intelektual. Sehingga tercipta bangsa Indonesia dengan anak-anak yang berbudi pekerti nan menawan.

Salam Berry Devanda

7 komentar:

  1. Saya suka kata-kata pada bagian ini:
    "Orang tua mengajarkan anak-anaknya berdemokrasi tapi tidak membekalinya dengan batasan yang wajib diketahui mereka. Sehingga terjadi kebablasan dalam mengartikan kebebasan berpendapat, kebebasan bersikap, kebebasan dalam memilih tontonan yang layak, kebebasan dalam bergaul, kebebasan memilih pakaian sesuka mereka".
    Inilah cerminan hasil didikan orangtua yang permisif, terlalu memberi kebebasan pada anak, sehingga membuat anak berani melanggar batas kewajaran dari kebebasan yang telah mereka dapat. Karena itu pola pendidikan yang perlu diterapkan pada anak adalah pola Autoritatif, dimana pada intinya orangtua dan anak mempunyai porsi yang seimbang dalam menerapkan aturan kebebasan. Peraturan dan saknsi yang dibuat atas kesepakatan bersama (antara orangtua dan anak), tidak menutup kemungkinan menjadikan anak lebih patuh, karena dalam penentuan peraturan anak dilibatkan secara aktif, sehingga mereka merasa dihargai. Mereka juga pasti akan merasa, bahwa kalau melanggar peraturan yang dibuat sendiri sama halnya dengan kata pepatah "menjilat ludah sendiri". Malu dong. Hal ini tentu saja dengan catatan bahwa peraturan dan sanksi tidak hanya diberlakukan atau ditujukan pada anak, akan tetapi pada orangtua juga. Dengan demikian akan terjadi konsistensi. "Berani menetapkan peraturan juga harus berani mematuhinya". Itu sebagai kendali atas diri sendiri dan anak.

    BalasHapus
  2. Pendidikan moral emang perlu dimulai dari keluarga.
    Bagaimanapun juga, keluarga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan moral si anak :)

    BalasHapus
  3. Ganti template ya Sobat... Nice... Oia Linknya jgn lupa dipsang kembali ya,, :)

    BalasHapus
  4. Saya sepakat dengan pernyataan diatas. Orang tua dan keluarga turut andil dalam memperbaiki pendidikan moral anak bangsa. Karena anak lebih cendrung meniru, bak kata pepatah "Ayah kencing berdiri, anak kencing berlari". Dan bagaimana juga orang tua menfilter pengaruh buruk yg bakal masuk kepada anak mereka...

    Tetap posting hal-hal positive seperti ini ya...
    Ditunggu lho...

    BalasHapus
  5. Many times this instruction is left to the schools and teachers, even though it isn't their responsibility. Their responsibility is to teach their subject matter and that is what they have been prepared to do.

    BalasHapus
  6. However, when reality bites, most teachers do end up teaching children to behave responsibly at school. Unfortunately this sometimes conflicts with what the family is doing, so they aren't backed up by the parents.

    BalasHapus
  7. Orang tua dan keluarga turut andil dalam memperbaiki pendidikan moral anak bangsa.

    BalasHapus

Ketikan Komentar anda dengan memilih pada opsi beri komentar sebagai Name/URL....