Salah satu tradisi menyambut bulan Suci Ramadhan di Ranah Minang adalah Balimau. Kata Balimau jika di Bahasa Indonesia kan menjadi “Berlimau”. Limau adalah sebutan untuk Jeruk. Kata Limau lebih cenderung direferensikan ke jeruk nipis, atau jeruk yang biasa digunakan untuk obat. Walaupun terkadang, limau juga dinyatakan sebagai buah jeruk yang biasa dikonsumsi.
Balimau atau Berlimau secara bahasa berarti mandi menggunakan beberapa rempah diantaranya serai dan limau (jeruk nipis) sewaktu memasuki bulan suci ramadhan. Penggunaan limau di zaman dulu, dimana belum ada sabun, diyakini akan membuat badan dan Kulit kepala lebih bersih. Proses balimau ini biasa dilakukan di sungai atau pancuran, karena di zaman dulu belum banyak sumur.
Makna Balimau saat ini semakin luas sebagai prosesi membersihkan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan. Saat ini sudah tidak menggunakan Limau lagi, karena shampoo dan sabun sudah menjadi pilihan untuk membersihkan badan dan rambut. Yang tidak berubah dari prosesi Balimau saat ini adalah tempat pelaksanaannya masih di sungai atau di pancuran (air terjun). Hanya saja jika zaman dulu balimau adalah aktivitas pribadi.
Saat ini, Muda-mudi sudah menggeser nilai-nilai mensucikan diri secara fisik tersebut. Balimau saat ini diartikan datang ke tempat wisata yang ada air atau pemandiannya, kemudian mandi tanpa ada lagi sekat antara lawan jenis. Semua mandi pada satu tempat, laki-laki dan perempuan campur aduk. Dapat Sahabat bayangkan? Belum lagi aktivitas dan “ritual” pasangan muda-mudi ketika menuju lokasi, sebelum mandi bersama, ketika mandi dan sesudah mandi.
Ironis memang, terjadi salah kaprah dalam mengartikan prosesi penyucian diri dalam menghadapi bulan Ramadhan. Fenomena ini sudah berlangsung lama. Dan para tokoh masyarakat pun sudah berulang kali mengingatkan, namun masih saja hal ini terus terlaksana. Belum akibat kejadian sempalan kegiatan ini. Banyaknya umat manusia yang berseliweran dijalan raya untuk melakoni aktivitas Balimau ini, tidak jarang meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas.
Bagaimana di tempat Sahabat?
Sumber Gambar : Disini
hohoho...ditempatku namanya padusan. tapi kayaknya ga semeriah balimau dech,,,
BalasHapusmaaf lahir batin, jelang ramadhan kariemmm
Wah, kok tradisi itu mulai bergeser ya. Seharusnya para muda mudi meneruskan tradisi luhur tsb bukan sebaliknya malah melakukan sesuatu yang bertentangan dari tradisi balimau itu sendiri.
BalasHapusastagfirullah...
BalasHapusPadahal tradisi menjelang Ramadhan ya, kok jadi melenceng jauh :(
Semoga masyarakat bisa lebih cerdas deh...
jika tersilap kata
BalasHapusjika tersilap tulis
jika tersilap lihat
mohon maaf kusampaikan
damai di hati
damai di bumi
Daun Pandan di tengah ladang
Daun Sirih tidaklah licin
Bulan Ramadhan telah datang
Mohon maaf lahir dan bathin
Waduh,,,sepertinya pemerintah setempat perlu lebih tegas lagi dalam menindaklanjuti hal ini.
BalasHapusMungkin saja, karena sekarang jaman telah bergeser ke arah globalisasi, nilai-nilai kesusilaan pun juga ikut bergeser.
Kalau di tempatku, pra- Ramadhan dimaknai dengan mensucikan diri lahir dan batin. Secara lahir ya mandi seperti biasa. Secara batin, saling meminta dan memberi maaf pada orang-orang terdekat, seperti orangtua, sahabat, dan keluarga...
kekeke.. masih ada ya tradisi maca ini ? aku pikir sudah hilang.
BalasHapusRamadan is wonderful to have peace of mind and relax.
BalasHapus